Sustainable Cocoa and Coffee

Dari Kampus ke Kebun: Perjalanan Zulfa Menjadi Petani Kopi Modern

August 11, 2025
Citra Savitri
Communications Coordinator in Indonesia

Zulfa baru saja menyelesaikan studinya di Universitas Negeri Lampung, sekitar empat jam perjalanan darat dari kampung halamannya di Lampung Barat, ketika ayahnya bertanya: “Setelah lulus, kamu mau ngapain?”

Banyak teman seangkatannya dari jurusan Kehutanan memilih jalur karier di NGO internasional—dengan jam kerja teratur dan gaji yang stabil. Namun Zulfa memilih jalan yang berbeda: kembali ke Desa Gunung Terang, Kecamatan Air Hitam, Lampung Barat, untuk menjadi petani sekaligus pebisnis kopi robusta, meneruskan usaha sang ayah yang telah dirintis sejak 16 tahun lalu.

Sebagai bagian dari keluarga petani kopi, keluarga Zulfa menghadapi tantangan yang kini jamak ditemui di Provinsi Lampung: tidak adanya generasi penerus untuk mengelola kebun kopi keluarga. Ayah Zulfa merupakan pelaku rantai kopi dari hulu ke hilir—mengolah hasil panen dari kebunnya sendiri dan dari petani lain menggunakan fasilitas pengeringan dan pemanggangan di rumah, lalu menjual kopi tersebut ke kafe, restoran, hingga pelanggan individu dengan merek Jenderal Coffee.

Sayangnya, banyak anak muda di generasi berikutnya enggan menekuni profesi ini. Menjadi petani sering dianggap kurang bergengsi, terlalu berat secara fisik, dan berpenghasilan tidak menentu. Hal inilah yang membuat Zulfa resah.

“Orang tua mereka sudah susah payah bertani kopi demi menyekolahkan anak-anaknya. Tapi setelah lulus, mereka justru nggak tertarik meneruskan usaha keluarga. Gimana nasib kopi di Lampung Barat ke depan?”

Zulfa
Pebisnis Kopi Robusta Jenderal Coffee | Lampung Barat

Bagi Zulfa, menjadi petani kopi adalah pilihan yang menyenangkan. Ia menikmati fleksibilitas jam kerja yang memungkinkannya mengatur sendiri aktivitas harian—mulai dari mengelola kebun kopi, membina petani pemasok biji kopi untuk Jenderal Coffee, mengirimkan sampel ke kedai, berkomunikasi dengan pelanggan, hingga menangani dan mengirim pesanan. Ketertarikannya terhadap kopi semakin dalam setelah bergabung dengan komunitas pegiat kopi di Bandar Lampung.

Lewat koneksi yang terbangun, ia berkesempatan mengenal ekosistem kopi di Jakarta dan Bandung. Di sana, ia menyadari bahwa kopi adalah komoditas penuh potensi—dengan kualitas tinggi yang bisa menembus pasar internasional serta membuka jalan bagi berbagai profesi bergengsi.

Zulfa pun ingin semakin banyak anak muda di Lampung Barat menyadari potensi luar biasa ini. Bersama teman-teman sebayanya—yang juga anak petani kopi dan senang mengadakan kegiatan bertema alam—Zulfa menggagas Coffee Camp, sebuah inisiatif yang kini memasuki tahun ketiga dengan dukungan dari Rikolto melalui program CULTIVAFE yang didanai oleh JDE Peets.

No items found.

Program Cultivating Sustainable Coffee for Better Farmer Livelihoods, Gender Equity, and Youth Participation (CULTIVAFE) merupakan inisiatif kolaboratif yang didanai oleh JDE Peet’s—perusahaan global terkemuka di bidang kopi dan teh—bekerja sama dengan Rikolto, Olam Food Ingredients, CV Antara Saudara, dan PT Asia Makmur. CULTIVAFE bertujuan menjangkau 10.000 petani kopi robusta di Lampung Barat dan Tanggamus, mendorong praktik pertanian regeneratif, memperkuat ketertelusuran rantai pasok, serta memberdayakan perempuan dan generasi muda.

Coffee Camp yang diselenggarakan Zulfa dan tim bukan sekadar acara berkemah. Di tengah alam terbuka, para peserta belajar menyeduh kopi dengan berbagai teknik, mencicipi beragam jenis kopi, dan memahami perjalanan biji kopi dari kebun hingga ke cangkir di tenda coffee lab. Kegiatan ini juga menghadirkan perwakilan dari pemerintah dan NGO untuk berdialog mengenai masa depan kopi, diselingi dengan hiburan musik yang menciptakan suasana akrab.

Lewat Coffee Camp, kopi diperkenalkan kepada generasi muda—termasuk pelajar sekolah—sebagai komoditas yang seru, kreatif, dan penuh potensi. Acara ini pun memicu ketertarikan anak-anak muda untuk mulai menekuni bisnis kopi keluarga mereka: ada yang ingin mendalami budidaya kopi dengan praktik pertanian berkelanjutan, membuka kedai kopi, maupun belajar proses roasting dan pascapanen.

“Dukungan untuk petani muda berbeda dengan generasi sebelumnya. Harus disesuaikan dengan dunia mereka. Ada yang tertarik budidaya, ada yang ingin belajar roasting karena punya akses ke mesin. Kita perlu tahu siapa yang cocok didukung dan bagaimana caranya. Yang paling penting, mereka perlu diajak melihat peluang—bukan hanya di tingkat lokal, tapi juga global.”

Ade Kurniawan

Cocoa & Coffee Programme Director, Rikolto in Southeast Asia

Saat ini, Zulfa dan timnya juga tengah merintis bisnis pembibitan kopi menggunakan lahan milik keluarga salah satu anggota. Inisiatif ini diharapkan bisa membuka akses bibit unggul bagi petani di Lampung Barat sekaligus menjadi sumber pendapatan baru.

Lalu, apa mimpi Zulfa ke depan?

“Aku ingin jadi Q Grader—orang yang dipercaya untuk menilai kualitas kopi di industri.  Dengan jadi Q Grader, aku ingin lebih banyak orang mengenal kopi Robusta dari Lampung Barat, sehingga aku bisa bantu petani, memajukan bisnis, dan bikin lebih banyak orang tahu dan mengonsumsi Jenderal Coffee.”

Regenerasi petani adalah tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian di seluruh dunia. Kisah Zulfa menunjukkan bahwa generasi muda sebenarnya peduli pada masa depan pertanian—namun mereka juga realistis. Mereka mencari peluang, keuntungan, dan jejaring yang bisa membawa mereka menuju kesuksesan.

* Tentang JDE Peet’s / About JDE Peet’s

JDE Peet’s adalah perusahaan kopi dan teh murni terbesar di dunia, menyajikan sekitar 4.100 cangkir kopi atau teh setiap detiknya. JDE Peet’s membuka berbagai kemungkinan dari kopi dan teh di lebih dari 100 pasar global, dengan portofolio lebih dari 50 merek ternama termasuk L’OR, Peet’s, Jacobs, Senseo, Tassimo, Douwe Egberts, OldTown, Super, Pickwick, dan Moccona. Pada tahun 2023, JDE Peet’s mencatatkan penjualan sebesar EUR 8,2 miliar dan mempekerjakan lebih dari 21.000 karyawan di seluruh dunia.

Latest stories from the ground

Discover more stories