Di Boyolali, Jawa Tengah, para petani menghadapi tantangan besar dalam mengakses pasar dan mendapatkan harga yang adil untuk hasil panen mereka. Banyak yang bergantung pada tengkulak, yang sering kali membeli hasil pertanian dengan harga rendah, membuat petani sulit memperoleh keuntungan yang layak. Selain itu, akses ke pembiayaan juga menjadi kendala karena banyak petani tidak memiliki agunan atau rekam jejak kredit yang cukup untuk mendapatkan pinjaman modal usaha.
Kondisi ini mendorong berdirinya Aliansi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI) pada tahun 2007. Para pendiri, termasuk Muhdi dan Danang, ingin menciptakan koperasi yang memberikan akses pasar lebih baik bagi petani, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan memperkenalkan praktik pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Para pendiri APPOLI, ingin menciptakan sistem pertanian yang lebih adil dan berkelanjutan bagi petani kecil.
Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Sejak awal berdiri, APPOLI menghadapi berbagai tantangan, mulai dari sulitnya mendapatkan pinjaman modal karena harus dilakukan secara individu, hingga tidak adanya gaji tetap bagi para pendirinya pada tahun-tahun awal operasional.
"Dulu kami harus mencari pinjaman sendiri-sendiri, karena koperasi tidak bisa meminjam secara langsung ke bank. Kadang kami tidak punya gaji, tapi kami tetap bertahan karena percaya bahwa APPOLI bisa menjadi solusi bagi petani,"
Namun, dengan tekad kuat dan semangat kolektif, APPOLI berhasil berkembang. Perkembangan APPOLI pun tidak lepas dari pendampingan dan penguatan kapasitas yang diberikan Rikolto sejak masa awal pendiriannya. Dan seluruh upaya ini pun kini telah membuahkan hasil. Saat ini, koperasi tersebut telah membeli sebidang tanah dan membangun kantor sendiri dengan dana yang diperoleh dari keuntungan bisnis koperasi semata, tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Hal ini menandai pencapaian besar APPOLI setelah bertahun-tahun berjuang.
Salah satu peranan Rikolto dalam perkembangan koperasi APPOLI adalah melalui pengenalan metode pertanian Sustainable Rice Platform (SRP) ke kelompok tani naungan APPOLI. SRP adalah pendekatan pertanian padi berkelanjutan yang bertujuan meningkatkan hasil panen sambil menjaga keseimbangan ekosistem. Melalui metode ini, petani didorong untuk mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia, mengoptimalkan irigasi, serta menerapkan praktik pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Saat ini, APPOLI telah mendampingi 1.507 petani dengan total lahan 517,735 hektar, yang terbagi dalam beberapa kategori:
• Petani SRP: 977 petani (340,945 ha)
• Petani bersertifikasi SNI: 328 petani (126 ha)
• Petani Organik Non-sertifikasi: 87 petani (22,88 ha)
• Petani konvensional: 115 petani (28,18 ha)
Selain beras putih, petani APPOLI juga memproduksi beras merah, beras coklat, beras hitam, beras pandan wangi, kacang hijau, serta benih dan pupuk organik. Dengan pendekatan ini, APPOLI tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga memastikan keberlanjutan produksi dan ketahanan pangan jangka panjang.
Melalui sistem SRP, mereka berhasil meningkatkan volume panen, kualitas beras yang dihasilkan dan mendapatkan harga jual yang lebih baik di pasar. Selain itu, petani yang bergabung dengan APPOLI juga mendapatkan pelatihan rutin mengenai teknik budidaya organik, pengelolaan pasca panen, dan strategi pemasaran.
"Kami ingin petani memiliki hasil yang lebih baik tanpa merusak tanah. Dengan metode SRP, produktivitas meningkat dan biaya produksi bisa ditekan. Dengan SRP, kami tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan dari pertanian. Ini penting agar pertanian kita tetap lestari untuk generasi mendatang,”
Rikolto pun turut membantu APPOLI dalam memperluas akses pasarnya, dengan mengikutsertakan APPOLI dalam pameran komoditi terbatas di Jakarta, yang diselenggarakan secara rutin dan dihadiri oleh pembeli dari negara-negara Uni Eropa. Hal ini membuat APPOLI memperoleh kesempatan untuk mengekspor produk-produk beras yang diproduksi oleh petani binaannya, dan tidak hanya mengandalkan pasar domestik.
Berkat pendekatan inklusif yang diterapkan, APPOLI juga tidak hanya meningkatkan produktivitas petani tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan. Saat ini, APPOLI mempekerjakan 6 orang untuk proses produksi dan memiliki 5 staf koperasi. Dari jumlah tersebut, 4 di antaranya adalah perempuan, yang menunjukkan bahwa koperasi juga berkontribusi dalam mendorong peran perempuan dalam sektor pertanian. Selain itu, APPOLI juga aktif melibatkan generasi muda dengan melibatkan 2 anak muda di bawah usia 35 tahun dalam operasional koperasi.
Melalui sistem koperasi, APPOLI berhasil menciptakan ekosistem bisnis inklusif yang memberikan manfaat nyata bagi petani kecil. Pendapatan petani meningkat karena mereka tidak lagi tergantung pada tengkulak, volume beras yang mereka hasilkan juga lebih tinggi dan dapat dijual dengan harga yang pantas. memiliki nilai jual lebih tinggi. Selain itu, sistem pertanian yang diterapkan juga menjaga kesuburan tanah dan mendukung ketahanan pangan lokal.
Ke depan, APPOLI berencana untuk terus memperluas dampaknya dengan menambah jumlah petani dampingan serta memperkuat jaringan pemasaran produk. Mereka juga ingin mengembangkan fasilitas produksi yang lebih modern serta meningkatkan kapasitas petani dalam menerapkan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.
"Kami ingin APPOLI menjadi model koperasi pertanian yang tidak hanya sukses di Boyolali, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia," ujar Danang.
Melalui perjalanan panjangnya, APPOLI telah membuktikan bahwa dengan komitmen kuat, koperasi berbasis komunitas yang didukung dengan inovasi pertanian berkelanjutan bisa menjadi solusi bagi kesejahteraan petani kecil. Dengan semangat gotong royong dan keberlanjutan sebagai prinsip utama, diharapkan koperasi dapat terus melangkah maju, menciptakan sistem pertanian yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan bagi semua.